Jakarta Parade Hari Pahlawan 2025: Di Mana Semangat Juang Dipentaskan, dan Sejarah Dipoles Biar Lebih Instagramable


Poros Demokrasi Jakarta— Jakarta kembali membuktikan bahwa tidak ada perayaan yang terlalu sakral untuk dikomersialisasi. Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta bekerja sama dengan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk meluncurkan Jakarta Parade Hari Pahlawan 2025, sebuah acara yang dengan penuh percaya diri menyatukan nilai perjuangan bangsa dengan kebutuhan konten masyarakat urban.

Mengusung tema Spirit Pahlawan – Energi Jakarta, parade ini tampaknya ingin menunjukkan bahwa perjuangan zaman dahulu memang berat, tapi merayakannya sekarang bisa tetap fun, ramai, dan tentu saja, berbayar lewat tiket PGU.

Ketika Float Sejarah Jadi Ajang “Mana Suaraku Jakarta?”

Parade dimulai pukul 15.00 WIB di Bundaran Symphony of The Sea, dengan pembacaan sajak perjuangan yang sayangnya bersaing dengan suara speaker, tiupan angin pantai, dan obrolan pengunjung tentang di mana spot foto terbaik.

Mobil-mobil hias bertema sejarah maju perlahan, bukan karena ingin memberi pengalaman mendalam, tetapi karena jalurnya penuh pengunjung yang sibuk mencari angle foto paling heroik. Float bertema Fatahillah, Lapangan Banteng, hingga Monas tampil megah lengkap dengan lampu dan ornamen, menghadirkan suasana patriotik yang cocok untuk… latar Instagram.

Tokoh pahlawan nasional dimunculkan secara teatrikal, namun sebagian pengunjung lebih fokus bertanya: “Ini pahlawannya siapa ya? Yang penting videonya bagus.”

Dalam puncak acara, M.H. Thamrin diberi penghargaan Lifetime Achievement Award. Andai bisa hadir langsung, mungkin beliau akan bertanya: “Kenapa semua orang sibuk merekam, bukan mendengarkan?”

Konser Musik: Spirit Pahlawan Bertransformasi Jadi Spirit Karaoke Massal

Setelah parade, panggung konser dibuka. Payung Teduh, Souljah, Moluccan Soul, hingga Namoy Budaya tampil sebagai penyelamat energi publik—meskipun sebagian orang tampak hadir hanya untuk menandai lokasi konser di story, demi menunjukkan bahwa mereka “ikut memeriahkan Hari Pahlawan”.

Suasana Ancol makin penuh, makin ramai, dan makin menunjukkan bahwa warga Jakarta memang punya stamina—bukan untuk berjuang seperti pahlawan, tapi untuk antre makanan, mencari parkir, dan bertahan di tengah kerumunan.

Jakarta Parade menjadi bukti nyata bahwa semangat kepahlawanan kini punya bentuk baru: kemampuan bertahan hidup dalam keramaian sambil tetap tersenyum untuk foto.

Patriotisme Versi Era Urban: Merayakan Pahlawan, Mendukung Ekonomi Kreatif, dan Tentu Saja, Tiket Masuk

Acara ini disebut sebagai bukti bahwa Jakarta adalah kota budaya dan inovasi. Sebagian pengunjung setuju, sebagian lain lebih tertarik pada fakta bahwa cukup dengan membeli tiket PGU, mereka bisa mendapatkan akses hiburan, konten media sosial, dan sedikit pelajaran sejarah versi dekoratif.

Pada akhirnya, Jakarta Parade Hari Pahlawan 2025 mengajak masyarakat untuk merasakan energi kota, meski energi itu lebih banyak dihabiskan untuk jalan jauh, antre panjang, dan memotret parade dari tiga puluh sudut berbeda.

Siapa bilang semangat juang sudah hilang? Di Jakarta, perjuangan tetap hidup—hanya saja bentuknya berubah. Dari dulu melawan penjajah, kini melawan keramaian dan sinyal internet. (Ncank)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *